Cerpen Tedy Heriyadi (Kompas, 17 Februari 2019)

Hujan seperti inilah persis di saat kau terlahir di dunia ini dengan tangisan yang membentuk paduan suara bersama gemercik air yang jatuh. Dalam tangis, kau merasakan kehangatan ketika hujan dalam pangkuan ayahmu yang berbisik tepat di samping telinga kananmu. “Varsha Agnimaya.”
***
Kutulis surat ini ketika jatuhnya bulir-bulir hujan ke bumi. Doa pun tak lewat kusampaikan kepada tuan semesta agar kau selamat sentosa. Kau akan menjadi perempuan yang berjasa bagi masyarakat dan bisa menghangatkan suasana hati seseorang yang dingin, termasuk aku sekarang. Hatiku dingin. Aku ditemani oleh sepi yang dingin. Apalagi kini hujan semakin mendinginkan hatiku dengan kesepian yang dingin. Dinginku bertambah dingin.
May!
Hanya dengan mengingatmu saja hatiku hangat dan damai. Aku bisa tersenyum membayangkanmu meski saat hujan dan sepi seperti sekarang. Mungkin akan lebih manis apabila kau kupeluk menjelang tidur malam.
Aku ingin memelukmu sambil bercerita dongeng atau kisah-kisah masa lalu atau mungkin cerita-cerita legenda yang sering kudengar dari guruku sejak aku masih siswa sekolah dasar. Kita tertawa bersama. Melihat ke luar jendela dan menghitung jumlah bintang di langit ketika malam hari. Selalu kupanjatkan doa agar kau diberi keselamatan di mana pun kau berada. Hingga pada akhirnya kita bisa bertemu dan mewujudkan kejadian yang kuceritakan tadi.
Dengan doa-doa yang selalu kupanjatkan demi keselamatanmu, aku yakin sekarang kau telah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik. Meski hingga saat ini aku belum tahu pasti wajahmu seperti apa saat remaja. Minggu lalu aku sengaja berseluncur di media sosial. Kucari nama Varsha Agnimaya di Facebook. Lalu, kutemukan foto gadis remaja cantik yang masih memakai seragam SMA. Berkulit putih, rambut lurus terurai, mata yang bulat, dan senyuman yang berseri. Kuyakin itu dirimu.
Pasti banyak laki-laki remaja yang menyukaimu. Mungkin tak jarang ada laki-laki yang langsung menyatakan cinta padamu. Seperti ayahmu dulu. Dia memiliki paras yang tampan serta postur badan yang ideal, tentunya idaman para kaum hawa. Selain tampang yang begitu sempurna, sifatnya yang ramah membuat banyak juga perempuan yang terpesona. Bahkan, ada juga yang sangat tergila-gila oleh ayahmu.
Good
LikeLike
Sumpah keren banget ini, dibaca berkali-kali, berkali-kali dibaca, air mataku menderas layaknya kali.
Maju terus!!!
Semangat! Teruskan karyanya!
Tulis lebih banyak lagi!
Saya nantikan karyamu selanjutnya!
LikeLike
Cerpen yang menyentuh hati!
LikeLike
Saya suka sekali!!!
Aku membacanya bersama langit dan bintang yg diam diam meneteskan air, lalu hadir di pipiku.
Sukses selalu!
LikeLike
Aku suka!!!
Cerpen ini membuat maskaraku luntur,
Membuat pipiku hitam, tapi hatiku putih kembali.
Sukses selalu ya, terus berkarya! 🙂
LikeLike
Cerpenya menyuguhkan sisi lain dari kehidupan yang jarang disorot. Sungguh menyentuh, dibalut dengan paduan kata yang ringan dan enak dibaca.
LikeLike
Aku suka sekali! setiap susunan kata nya bikin aku gak bisa berkata kata. ini karya yang hebat! aku tunggu karya selanjutnya yah
LikeLike
aku suka sekali♥ setiap susunan katanya bikin aku gak bisa berkata kata! ini karya yang hebat, aku tunggu karya selanjutnya yah😊
LikeLike
Waaaah, angkat topi untuk Mas Tedy. Semangat berkarya. Ditunggu cerpen menarik berikutnya.
LikeLike
Hanya kata2 “eh”😱…”lohh!?”😱…..”Bentar jadi?”🤔….”ahh gila-gila”….yang terucap ketika selesai membaca cerpen ini. Mantapppp, jarang dari tulisan doang bisa bikin sayah tergaget2😆. Mantap di tunggu karya lainnya🙏🙏🙏
LikeLike
Bagus bangey. Asli
Ini sih udah layak diakui masyarakat Indonesia.
Konfliknya terarah dan menggemaskan. Gak disangka endinga ternyata teman bapaknya.
Ditunggu postingan berikutnya Kang
LikeLike
Saluuuuuuttt. Lanjut terus bang Ted
LikeLike
waahh.. suka deh sama cerpennya!!
ceritanya menarik banget, dan sangat menyentuh hati,
semangat berkaryanya!! ditunggu karya lainnya hehe
LikeLike