Cerpen Putu Wijaya (Jawa Pos, 7 Oktober 2012)
ADA suatu masa, ada saat banyak pedagang es pudeng dari Jawa berkeliaran di Bali. Mereka memakai kostum yang menarik dengan topi-topi kerucut, gendongan es puter mereka desainnya cantik. Gelas-gelas kaca atau plastik ala koktail bergantungan dengan pudeng berwarna-warni. Kalau mereka lewat anak-anak selalu memburunya. Kadang-kadang tidak untuk membeli, tetapi untuk mengerumuninya. Pak Amat termasuk salah satu di antara anak-anak itu. Tanpa merasa malu, ia ikut berebutan untuk membeli es pudeng puter dan merasakan suasana cerianya. Bu Amat sampai malu melihat kelakuan suaminya seperti itu.
Pada suatu hari yang terik, sementara anak-anak di alun-alun menaikkan layangannya, tukang es pudeng itu lewat. Pak Sersan yang rumahnya di sudut alun-alun berteriak memanggil, anaknya merengek-rengek minta es pudeng. Waktu tukang es pudeng itu menuju ke sana, hampir semua anak-anak yang sedang main layangan menolehkan kepalanya. Yang punya duit langsung lari sambil menggulung tali layangannya. Tak terkecuali Pak Amat. Waktu itu ia sedang memper hatikan seorang juragan ayam sedang memandikan ayam-ayamnya. Amat meraba kantongnya, lalu merasakan ada uang di dalamnya. Ia langsung ikut berlari ke rumah Pak Sersan.
“Jangan ribut!” teriak Pak Sersan membentak anak-anak yang berdatangan itu, “Ada orang sakit di dalam!”
“Sabar…sabar…,” kata tukang es pudeng, “Satu per satu semuanya nanti dapat.”
“Aku dulu, aku dulu,” kata anak-anak sambil mengacungkan uangnya.
“Aku dulu,” teriak Pak Sersan marah, “pudengnya yang merah.”
Tukang pudeng agak panik, ia mengambil pudeng berwarna oren.
“Merah,” teriak Pak Sersan.
Semoga Pak Putu Wijaya bisa pulih kembali kesehatannya. Amiin.
LikeLike
terharu,,
LikeLike
Saya sangat menggumi karya-karya Bapak Putu.
Semoga Allah senantiasa menjaga Bapak. Di berikan kesehatan. Segera sembuh ya Pak. Aamiin.
cia yao…
LikeLike
Ironi…
LikeLike
Pak Amat tidak mengembalikan gelasx, mungkin gelasx ikut tertelan saat minum es.
LikeLike
sehat selalu Pak Putu Wijaya,,,
LikeLike
kecintaan Pak Putu pada dunia tulis menulis sangat membanggakan,
cepat sembuh, Pak..
LikeLike
Sungguh luar biasa,meski dalam keadaan sakit,bapak putu wijaya masih mampu berkarya.
Sem0ga lekas sembuh dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Amiiin.
LikeLike
subhanallah
Luar Biasa Sekali Bapak Putu Meski Sudah Tergolek Tak Berdaya Akibat Penyakit Yang Menjeratnya Tapi Dia Masih Tetap Berkarya U/ Bangsa Ini
Bapak Putu Smoga Cpat Sembuh
Aamiin ……………..
Bapak Putu Negri Ini Sudah Semakin Layu
LikeLike
Putu Wijaya tentu saja ….. Jempol !!
LikeLike
keren pak
LikeLike
saya selalu salut dengan cerita2 beliau, beliau telah memberikan pengaruh besar pada saya. smoga lekas sembuh pak putu.
LikeLike
Cerpen Putu Wijaya adalah kaca dari setiap karyaku. Semoga kesembuhan menjadi milik bapak putu wijaya.
LikeLike
pak temanya apa pak ? kalo dijawab cepat sembuh
LikeLike
cerita nya mengalir ,, tanpa terasa… seperti seseorang yang bertutur pada kawannya… semoga lekas sembuh
LikeLike
Mana unsur intrinsiknya
LikeLike